Investasi di sektor mineral dan batubara dipatok stagnan untuk tahun ini. Direktorat Jenderal Minerba Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memproyeksikan investasi sepanjang tahun ini tak akan jauh dari tagrget di tahun lalu, yakni berada dikisaran US$ 6,2 miliar.
Direktur Jenderal Minerba Bambang Gatot Ariyono mengatakan bahwa angka pasti untuk target investasi di tahun ini belum diterapkan. Hal ini disebabkan masih menunggu pembahasan Rencana Kerja Anggaran Biaya (RKAB) yang rencananya akan selesai akhir Januari. Namun demikia ia telah memastikan target tidak jauh beda dari tahun sebelumnya.
Alasannya karena belum adanya eksplorasi baru yang memiliki nilai besar sehingga polanya masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya yang mengandalkan replacement dari belanja modal atau capital expenditure (capex) dari perusahaan.
Bambang menambahkan bahwa pada tahun ini akan mirip seperti tahun sebelumnya karena belum adanya eksplorasi yang cukup besar. Adapun realisasi investasi minerba pada tahun 2018 mencapai US$ 6,8 miliar dari target US$ 6,2 miliar. Bambang mengungkapkan bahwa investasi di subsektor minerba ditentukan oleh rencana perusahaan. Apabila terjadi perubahan RKAB atau adanya penundaan operasional karena berbagai macam faktor, seperti perubahan rencana, atau perubahan karena izin atau kontrak.
Investasi di tahun 2019 ini dapat melonjak apabila lelang wilayah tambang dapat diselesaikan dan dapat terjadi ekplorasi tambang baru. Namun Bambang belum dapat memastikan kapan lelang wilayah tambang dapat segera selesai.
Selain itu, dia juga belum dapat memastikan akan ada berapa jumlah wilayah tambang yang akan dilelang pada tahun 2019 ini. Yang pasti pihaknya akan melanjutkan lelang terhadap empat wilayah Izin usaha pertambangan khusus yang belum ada peminat pada tahun 2018.
Keempat wilayah izin usaha pertambangan khusus tersebut adalah blok tambang nikel Latao di Kolaka Utara dengan luas 3.148 ha, blok tambang nikel Suasua di Kolaka utara dengan luas 5.899 ha, blok tambang nikel Kolonodale di Morowalu Utara seluas 1.193 ha, serta blok tambang batubara di Bungo dengan luas 826 ha.