Dalam upaya mencapai ketahanan energi nasional yang berkelanjutan, transisi energi dari bahan bakar fosil menuju energi baru terbarukan (EBT) menjadi prioritas utama pemerintah Indonesia. Namun, di tengah peralihan ini, investasi hulu migas (minyak dan gas) masih memegang peranan penting dalam menjaga stabilitas pasokan energi.
Indonesia menargetkan bauran EBT mencapai 23% pada 2025, dengan visi netral karbon pada 2060. Meskipun demikian, target produksi minyak sebesar 1 juta barel per hari (bph) dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari (BSCFD) pada 2030 tetap menjadi fokus utama pemerintah.
Tantangan terbesar adalah bagaimana transisi energi ini dapat berjalan seiring dengan kebutuhan akan migas yang tetap tinggi. Hal ini juga berkaitan dengan upaya dan pengelolaan investasi hulu migas di Indonesia.
Anggota Komite BPH Migas, Saleh Abdurrahman menekankan bahwa transisi energi tidak hanya sekedar peralihan dari energi fosil ke EBT, tetapi juga harus berkontribusi terhadap pengurangan emisi gas rumah kaca dan peningkatan nilai tambah energi.
“Kita harus melihat transisi energi sebagai upaya mengurangi emisi dan meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya,” ujarnya.
Pengamat energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Deendarlianto, menyoroti pentingnya peran sektor hulu migas dalam era transisi energi ini. Menurutnya, industri hulu migas merupakan tulang punggung pembangunan nasional, terutama dalam mendukung sektor transportasi dan industri.
Praktisi industri migas, Hadi Ismoyo menambahkan bahwa selama EBT belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan energi, energi fosil akan tetap menjadi andalan. “Kolaborasi antara semua pemangku kepentingan diperlukan untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif di sektor hulu migas,” tegasnya.
Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto menggarisbawahi bahwa investasi hulu migas tetap relevan dalam mendukung kebutuhan energi nasional. Selama 22 tahun terakhir, sektor ini telah menjadi penyumbang kedua terbesar bagi penerimaan negara setelah pajak, dengan kontribusi sebesar Rp5.045 triliun.
Untuk memastikan keberlanjutan sektor ini, SKK Migas telah menyusun rencana jangka panjang hingga 2029 yang mencakup proyek-proyek besar dengan total investasi mencapai Rp543 triliun. Selain itu, target investasi eksplorasi di tahun 2024 juga diproyeksikan meningkat secara signifikan, mencapai US$ 1,8 miliar.
Dalam konteks transisi energi, investasi di sektor hulu migas akan terus menjadi pilar utama untuk memastikan pasokan energi yang cukup bagi Indonesia di masa depan.
Demikian informasi seputar investasi hulu migas di Indonesia. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Androidbo.Com.