Transformasi pengembangan EBT di Indonesia tengah jadi fokus utama di tahun 2024. (Globalenergi.co)

Pengembangan EBT (Energi Baru dan Terbarukan) di Indonesia menunjukkan potensi besar dalam menciptakan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi, terutama di daerah penghasil batu bara seperti Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, dan Sumatera Selatan.

Laporan terbaru dari lembaga think tank independen EMBER mengungkap bahwa percepatan investasi dalam sektor EBT dapat membuka 96.000 lapangan kerja baru di tiga provinsi tersebut.

Dalam laporan bertajuk “Indonesia’s Expansion of Clean Power can Spur Growth and Equality”, EMBER menyoroti pentingnya transformasi pengembangan EBT di Indonesia, terutama dalam menghadapi tantangan global untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Laporan ini menganalisis Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) 2021-2030 dan strategi yang diusung oleh Kemitraan Transisi Energi yang Adil (Just Energy Transition Partnership/JETP).

Pengembangan proyek-proyek energi terbarukan dengan total kapasitas mencapai 21 gigawatt (GW) hingga tahun 2030 di Kalimantan dan Sumatera menjadi salah satu fokus utama dalam RUPTL terkini.

Selain itu, JETP menargetkan peningkatan kapasitas energi terbarukan sebesar 36 GW, yang diyakini dapat menarik investasi senilai US$9,4 miliar dan menciptakan puluhan ribu lapangan kerja berketerampilan tinggi.

Salah satu langkah konkret yang disarankan oleh EMBER adalah membatalkan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) baru sebesar 2,33 GW di Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, dan Sumatera Selatan, dan menggantinya dengan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sebesar 5,8 GW.

Hal ini diperkirakan dapat menciptakan tambahan 46.000 lapangan kerja dan menarik investasi yang lebih besar, sekaligus mengurangi emisi karbon sebesar 18 juta ton CO2e di ketiga provinsi tersebut.

Dinita Setyawati, Analis Senior Kebijakan Ketenagalistrikan Asia Tenggara EMBER, menekankan pentingnya transformasi energi di Indonesia agar lebih berkeadilan, dengan fokus pada proyek energi terbarukan di wilayah-wilayah terdampak.

“Transisi energi memberikan peluang untuk membangun ekonomi hijau di daerah penghasil batu bara serta menghindari emisi dari batu bara,” katanya.

Pengembangan EBT di Indonesia tidak hanya menjanjikan pertumbuhan ekonomi yang inklusif, tetapi juga memperkuat komitmen negara dalam menghadapi perubahan iklim. Di tengah upaya global untuk mencapai net zero emissions pada tahun 2060, Indonesia perlu menjadikan transisi energi sebagai bagian integral dari agenda pembangunan ekonominya.

Demikian informasi seputar pengembangan EBT di Indonesia. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Androidbo.Com.