Rencana investasi dan kebijakan yang diterapkan oleh kedua negara juga mendapat sorotan, dengan sejumlah pihak menilai proposal JETP tidak cukup ambisius. (kontan.co.id)

Rencana investasi Indonesia dan Vietnam telah mengumumkan peta jalan teknis terkait penggunaan dana €18 miliar melalui Just Energy Transition Partnership (JETP) untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. Pada pertemuan COP28 di Dubai, Vietnam juga mempresentasikan alokasi €14,1 miliar mereka dalam bentuk investasi ekuitas, hibah, dan pinjaman lunak melalui JETP. Inisiatif pembiayaan ini didukung oleh International Partners Group dan sejumlah negara G7, serta bank-bank swasta dan investor di Barat.

Rencana investasi Indonesia, sebagaimana disebutkan dalam Comprehensive Investment and Policy Plan (CIPP), bertujuan meningkatkan pangsa energi terbarukan dalam pembangkit listrik nasional menjadi 44% pada 2030. Namun, rencana ini masih dalam tahap perumusan, dengan pemerintah Indonesia mengumpulkan masukan dari para pemangku kepentingan sebelum merilis rencana investasi final pada tahun 2024.

Dana JETP untuk Indonesia diperkirakan akan berasal dari pemerintah dan bank pembangunan di Jepang, AS, dan Eropa, sebagian besar dalam bentuk pinjaman. Uni Eropa, Prancis, dan Jerman telah berkomitmen menyediakan dana, dan pendanaan dari Amerika Serikat dan Inggris akan melibatkan jaminan pinjaman dari Bank Dunia. Sisa dana akan berasal dari sektor swasta, termasuk Glasgow Financial Alliance for Net Zero.

Meskipun penerimaan dana ini penting untuk mendukung transisi energi, beberapa kontroversi muncul. Vietnam mengalami kritik karena hanya sebagian kecil dari €7,3 miliar dana publik yang mereka terima berupa hibah, sementara sebagian besar berupa pinjaman dengan suku bunga pasar. Di sisi lain, Indonesia dikecam karena mengesampingkan pembangkit listrik off-grid dari target dekarbonisasi.

Rencana investasi dan kebijakan yang diterapkan oleh kedua negara juga mendapat sorotan, dengan sejumlah pihak menilai proposal JETP tidak cukup ambisius. Meskipun Vietnam berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dari sektor pembangkit listrik, beberapa pihak skeptis terhadap target dan perkiraan dampak nyata perubahan tersebut.

Perkembangan ini menunjukkan tantangan dan kompleksitas dalam menjalankan transisi energi yang berkelanjutan di kawasan Asia Tenggara, yang harus diimbangi dengan ketegasan dan konsistensi dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan.

Demikian informasi seputar rencana investasi JETP di Asia Tenggara. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Androidbo.Com.