Badai pemutusan hubungan kerja (PHK) menimpa industri tekstil di Indonesia, dengan 6.500 buruh dari 7 perusahaan terkena dampak. Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN), Ristadi menyuarakan kekhawatiran atas kondisi tersebut yang dianggap dapat memicu ketidakpastian global. Menurutnya, upaya serius dari pemerintah untuk mengimplementasikan kebijakan pro-pengusaha lokal sangat diperlukan, dengan penekanan pada pemberantasan barang impor ilegal yang menguasai pasar domestik. Namun, sederet kebijakan baru tersebut diyakini baru akan berdampak nyata dalam waktu enam bulan ke depan, dengan penegakan hukum yang ketat.

Sementara itu, S&P Global mencatat bahwa Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia mengalami penurunan signifikan pada Oktober 2023, mencapai level terendah dalam lima bulan terakhir. Situasi ini menunjukkan tantangan yang semakin memprihatinkan bagi industri manufaktur di Indonesia, khususnya sektor TPT. Dampak dari kondisi pasar global yang tidak pasti serta persaingan harga dengan produk impor membuat perusahaan industri tekstil di Indonesia dalam kondisi finansial yang sulit, memaksa beberapa di antaranya untuk melakukan PHK besar-besaran yang berdampak signifikan pada ribuan pekerja di sejumlah wilayah di Indonesia.

Situasi ini menyoroti pentingnya upaya kolaboratif antara pemerintah dan industri untuk menghadapi tantangan yang dihadapi sektor TPT saat ini, sambil mencari solusi jangka panjang untuk mengamankan masa depan industri tekstil di Indonesia.

Demikian informasi seputar industri tekstil di Indonesia. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Androidbo.com.